Gadis itu hanya duduk diam meringkuk di dekat jendela
Salah satu tangannya memegang pisau
Air mata meluncur deras tidak bisa ia tahan
Dia menatap pisau itu sebentar dan dengan mantap ia tusukkan ke dekat nadinya
Ia sudah tidak peduli lagi akan rasa sakit yang ditimbulkan
Darah menetes dari pergelangan tangannya
Senyum tipis nan miris tersungging
Kenapa tidak ia teruskan saja hingga ia tewas?
Gadis itu mencari obat-obatan
Apapun itu ia tidak peduli
Ia hanya butuh sesuatu untuk menghilangkan rasa sakitnya
Ia butuh sesuatu yang dapat membunuhnya
Sekali teguk ia minum 10 butir obat paracetamol
Dia pergi ke kamarnya lalu terdiam
Ia memandangi langit penuh bintang dan bertanya
Mungkinkah ku lihat lagi bintang esok hari?
Atau Tuhan mengabulkan permohonanku untuk pergi dari dunia ini?
Mungkin ini malam terakhir aku menangis
Karena esok mungkin takkan pernah datang
Satu goresan tidak membuatnya menangis
Dua goresan memunculkan senyum di wajah cantiknya
Sepuluh goresan, ia tidak peduli
Lalu matanya terpaku pada sepucuk surat
Ia mengambil surat itu dan mulai membaca
Ia tambahkan beberapa kata yang seharusnya ia ungkapkan
Setetes air mata terjatuh kembali dari mata cantiknya
Seulas senyuman tersungging dengan damai
Dan dengan satu goresan, ia menghembuskan nafas terakhirnya dengan tenang
Tidak ada yang tahu kejadian itu
Dan tidak ada satu pun yang peduli,
Hingga...
Sahabat karib gadis itu datang ke rumahnya
Ia membuka kamar gadis itu dengan gembira
Namun apa yang ia lihat?
Sahabat yang ia sayangi sudah tiada
Dengan darah yang masih menetes dari pergelangan tangannya
Ketika pandangannya mulai mengabur, ia melihat amplop yang dipeluk gadis itu
Ia buka dan airmatanya mulai mengalir dengan deras
Entah kenapa rasanya sakit, aku udah nggak kuat ada disini, aku minta Tuhan narik rasa sakitku dan ngejauhin aku dari dunia ini.
Kamu tau? Aku bahagia pernah ketemu dan kenal kamu, sayang terlalu singkat, namun tidak apa-apa, kita masih punya kehidupan di masa mendatang.
Ucapanku bukan gertakan semata, bukan? Rasa sakit itu membutakan, benar kan? Lantas apa yang tidak kamu percaya? Aku mengakhiri hidupku seperti ini?
Hah, seharusnya kamu memikirkan ulang kata-katamu. Bukankah kamu yang membuatku menggali lubang kuburku sendiri? Kamu yang membuat upacara pemakaman ini? Apakah ini sesuai dengan yang kamu harapkan?
Aku harap kamu bahagia bersamanya, bersama gadis yang mampu mengerti kamu apa adanya. Satu hal yang harus kamu tau, aku sayang kamu, dan akan selalu begitu.
Belum sampai di kalimat terakhir Sang Sahabat terjatuh di sebelah gadis
Ia menyesali kebodohannya dengan tidak pernah memikirkan perasaan gadis itu
Ia pergi meninggalkan gadis itu dan mencari pertolongan
Lantas apa kalimat terakhir gadis itu?
Tapi maaf, kalian terlambat menolongku, aku sudah menemukan benda ini untuk menemaniku. Jangan menangis di kuburanku, karna kamulah pembunuhku yang sebenarnya.
0 comments:
Post a Comment