aku menunggu dengan sabar dan debaran di dalam dada
1 jam,
2 jam,
3 jam, telepon genggamku berbunyi
"aku ada di depan rumah kamu"
Singkat, tetapi mampu menghadirkan seulas senyum di wajahku
Aku melihatnya sedang berdiri di depan rumah
aku berdeham untuk mengalihkan perhatiannya
rasa bahagia itu telah membuncah
Dan menghadirkan rona merah muda
Aku ingin berlari menghampirinya
dan memeluknya dengan erat
namun aku tahan, aku tidak ingin terlihat bodoh
Maka aku melangkah dengan sangat tenang
senyum kuukir di wajahku
dan aku menghampirinya
Melihatnya diam membuatku ingin segera memeluknya
ku arahkan kedua tanganku ke arahnya
Namun tidak ada reaksi apapun darinya
aku pun mencuri kesempatan pertama
aku menubruknya dan memeluknya
Hanya sekejap, tapi ketika ia melepasnya ada sebagian di diriku yang tak rela
Malam itu kuhabiskan bersamanya
sayang bintang tidak muncul dan menemani kami berdua
aku tersenyum kecil
sudah bertahun-tahun aku memimpikan malam ini
Kenyataan memanggilku kembali
ya, malam semakin larut, tapi aku tidak ingin melepasnya
sebelum berpisah aku memintanya untuk memelukku lagi
Kali ini bertahan lebih lama
aku sandarkan kepalaku di dada bidangnya
aku biarkan ia merasakan debaran yang ada di dada
dan aku mendekapnya erat, tidak mau melepaskannya
kecupan kecil itu terasa di puncak kepalaku
senyuman manis tersungging
Kalau aku diizinkan, aku berharap posisi ini tidak akan pernah berubah
karena saat itu aku merasa nyaman
Dan juga utuh
Ia menyatukan kepingan hatiku yang telah lama hancur
tapi, ketika ia melepas pelukannya aku merasa kehilangan
ingin aku melangkahkan kakiku untuk masuk ke dalam rumah
tetapi sesuatu menahanku
Aku menatapnya dalam
aku ingin mendaratkan kecupan manis untuknya
aku memintanya untuk merunduk sedikit
dan saat itu lah aku berharap waktu berhenti berputar